Tuesday, 19 January 2016

Sejarah Singkat Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah


Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional

A. Sejarah Gerakan

Perang Solferino
Pada tanggal 24 Juni 1859 di Solferino, sebuah kota kecil yang terletak di daratan rendah Propinsi Lambordi, sebelah utara Italia, berlangsung pertempuran sengit antara prajurit Perancis dan Austria. Pertempuran yang berlangsung sekitar 16 jam dan melibatkan 320.000 orang prajurit itu, menelan puluhan ribu korban tewas dan luka-luka. Sekitar 40 ribu orang meninggal dalam pertempuran.

Banyaknya prajurit yang menjadi korban, dimana pertempuran berlangsung antar kelompok yang saling berhadapan, memang merupakan karakteristik perang yang berlangsung pada jaman itu. Tak ubahnya seperti pembantaian massal yang menghabisi ribuan orang pada satu waktu. Terlebih lagi, komandan militer tidak memperhatikan kepentingan orang yang terluka untuk mendapatkan pertolongan dan perawatan. Mereka hanya dianggap sebagai ‘makanan meriam’. Ribuan mayat tumpang tindih dengan mereka yang terluka tanpa pertolongan. Jumlah ahli bedah pun sangat tidak mencukupi. Saat itu, hanya ada empat orang dokter hewan yang merawat seribu kuda serta seorang dokter untuk seribu orang. Pertempuran tersebut pada akhirnya dimenangkan oleh Perancis.

Akibat perang dengan pemandangannya yang sangat mengerikan itu, menggugah Henry Dunant, seorang pengusaha berkebangsaan Swiss (1828 – 1910) yang kebetulan lewat dalam perjalanannya untuk menemui Kaisar Napoleon III guna keperluan bisnis. Namun menyaksikan pemandangan yang sangat mengerikan akibat pertempuran,  membuat kesedihannya muncul dan terlupa akan tujuannya bertemu dengan kaisar. Dia mengumpulkan orang-orang dari desa-desa sekitarnya, dan tinggal di sana selama tiga hari untuk dengan sungguh-sungguh menghabiskan waktunya untuk merawat orang yang terluka.

Ribuan orang yang terluka tanpa perawatan dan dibiarkan mati di tempat karena pelayanan medis yang tidak mencukupi jumlahnya dan tidak memadai dalam tugas/keterampilan, membuatnya sangat tergugah. Kata-kata bijaknya yang diungkapkan saat itu, Siamo tutti fratelli (Kita semua saudara), membuka hati para sukarelawan untuk melayani kawan maupun lawan tanpa membedakannya.

Komite Internasional
Sekembalinya Dunant ke Swiss, membuatnya terus dihantui oleh mimpi buruk yang disaksikannya di Solferino. Untuk menghilangkan bayangan buruk dalam pikirannya dan untuk menarik perhatian dunia akan kenyataan kejamnya perang, ditulisnya sebuah buku dan diterbitkannya dengan biaya sendiri pada bulan November 1862. Buku itu diberi judul “Kenangan dari Solferino” (Un Souvenir De Solferino).

Buku itu mengandung dua gagasan penting yaitu:
>    Perlunya mendirikan perhimpunan bantuan di setiap negara yang terdiri dari sukarelawan untuk merawat orang yang terluka pada waktu perang.
>    Perlunya kesepakatan internasional guna melindungi prajurit yang terluka dalam medan perang dan orang-orang yang merawatnya serta memberikan status netral kepada mereka.

Selanjutnya Dunant mengirimkan buku itu kepada keluarga-keluarga terkemuka di Eropa dan juga para pemimpin militer, politikus, dermawan dan teman-temannya. Usaha itu segera membuahkan hasil yang tidak terduga. Dunant diundang kemana-mana dan dipuji dimana-mana. Banyak orang yang tertarik dengan ide Henry Dunant, termasuk Gustave Moynier, seorang pengacara dan juga ketua dari The Geneva Public Welfare Society (GPWS). Moynier pun mengajak Henry Dunant untuk mengemukakan idenya dalam pertemuan GPWS yang berlangsung pada 9 Februari 1863 di Jenewa. ternyata, 160 dari 180 orang anggota GPWS mendukung ide Dunant. Pada saat itu juga ditunjuklah empat orang anggota GPWS dan dibentuklah KOMITE LIMA untuk memperjuangkan terwujudnya ide Henry Dunant.  Mereka adalah :
1.    Gustave Moynier
2.    dr. Louis Appia
3.    dr. Theodore Maunoir
4.    Jenderal Guillame-Hendri Dufour

Adapun Henry Dunant, walaupun bukan anggota GPWS, namun dalam komite tersebut ditunjuk menjadi sekretaris. Pada tanggal 17 Februari 1863, Komite Lima berganti nama menjadi Komite Tetap Internasional untuk Pertolongan Prajurit yang Terluka sekaligus mengangkat ketua baru yaitu jenderal Guillame – Henri Dufour.

Pada bulan Oktober 1863, Komite Tetap Internasional untuk Pertolongan Prajurit yang Terluka, atas bantuan Pemerintah Swiss, berhasil melangsungkan Konferensi Internasional pertama  di Jenewa yang dihadiri perwakilan dari 16 negara (Austria, Baden, Beierem, Belanda, Heseen-Darmstadt, Inggris, Italia, Norwegia, Prusia, Perancis, Spanyol, Saksen, Swedia, Swiss, Hannover,dan Hutenberg). Beberapa Negara tersebut saat ini sudah menjadi Negara bagian dari Jerman.

Adapun hasil dari konferensi tersebut, adalah disepakatinya satu konvensi yang terdiri dari sepuluh pasal, beberapa diantaranya merupakan pasal krusial yaitu  digantinya nama Komite Tetap Internasional untuk Menolong Prajurit yang Terluka menjadi KOMITE INTERNASIONAL PALANG MERAH atau ICRC (International Committee of the Red Cross) dan ditetapkannya tanda khusus bagi sukarelawan yang memberi pertolongan prajurit yang luka di medan pertempuran yaitu Palang Merah diatas dasar putih.

Pada akhir konferensi internasional 1863, gagasan pertama Dunant – untuk membentuk perhimpunan para sukarelawan di setiap negara pun menjadi kenyataan Beberapa perhimpunan serupa dibentuk beberapa bulan kemudian setelah konferensi internasional di Wurttemburg, Grand Duchy of Oldenburg, Belgia dan Prusia. Perhimpunan lain mengikuti seperti di Denmark, Perancis, Italy, Mecklenburgh-schwerin, Spain, Hamburg dan Hesse. Pada waktu itu mereka disebut sebagai Komite Nasional atau Perhimpunan Pertolongan.

Selanjutnya, dengan dukungan pemerintah Swiss kembali, diadakanlah Konferensi Diplomatik yang dilaksanakan di Jenewa pada tanggal 8 sampai 28 Augustus 1864. 16 negara dan empat institusi donor mengirimkan wakilnya. Sebagai bahan diskusi, sebuah rancangan konvensi disiapkan oleh Komite Internasional. Rancangan tersebut dinamakan “Konvensi Jenewa untuk memperbaiki kondisi tentara yang terluka di medan perang” dan disetujui pada tanggal 22 Agustus 1864. Lahirlah HPI modern. Konvensi itu mewujudkan ide Dunant yang kedua, yaitu untuk memperbaiki situasi prajurit yang terluka pada saat peperangan dan membuat negara-negara memberikan status netral pada prajurit yang terluka dan orang-orang yang merawatnya yaitu personil kesehatan.

B. Komponen Gerakan

Liga Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah 
Pada akhir perang dunia pertama sebagian besar daerah di Eropa sangat kacau, ekonomi rusak, populasi berkurang drastis karena epidemi, sejumlah besar pengungsi yang miskin dan orang yang tidak mempunyai kewarganegaraan memenuhi benua itu. Perang tersebut sangat jelas menunjukkan perlunya kerjasama yang kuat antara perhimpunan Palang Merah, yang karena aktivitasnya dalam masa perang dapat menarik ribuan sukarelawan. Henry P. Davison, Presiden Komite Perang Palang Merah Amerika, mengusulkan pada konferensi internasional medis (April 1919, Cannes, Perancis) ”untuk memfederasikan perhimpunan palang merah dari berbagai negara menjadi sebuah organisasi setara dengan liga bangsa-bangsa, dalam hal peperangan dunia untuk memperbaiki kesehatan, mencegah penyakit dan mengurangi penderitaan.”


Liga Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah[1] kemudian secara formal terbentuk dengan markas besarnya di Paris oleh Perhimpunan Palang Merah dari Perancis, Inggris, Itali, Jepang, Amerika Serikat pada tanggal 5 Mei 1919 dengan tujuan utama memperbaiki kesehatan pada negara-negara yang telah sangat menderita setelah perang. Liga itu juga bertujuan untuk ‘memperkuat dan menyatukan aktivitas kesehatan yang sudah ada dalam Perhimpunan Palang Merah dan untuk mempromosikan pembentukan perhimpunan baru.’ Bagian penting dari kerja Federasi adalah menyediakan dan mengkoordinasi bantuan bagi korban bencana alam dan epidemi. Sejak 1939 markas permanennya ada di Jenewa. Pada tahun 1991, keputusan diambil untuk merubah nama Liga Perhimpunan Palang Merah menjadi Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah atau IFRC (International Federation of the Red Cross and Red Crescent Societis).

Selanjutnya, baik IFRC, ICRC dan Perhimpunan Nasional, merupakan bagian dari komponen Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah atau biasa disebut dengan ”Gerakan” saja. Komponen Gerakan dalam menjalankan tugasnya sesuai Prinsip Dasar dan mandat masing-masing sebagaimana yang disebut dalam Statuta Gerakan.

International Committee of the Red Cross
Sebagai sebuah lembaga swasta dan mandiri, ICRC bertindak sebagai penengah yang netral antara dua negara yang berperang atau bermusuhan dalam konflik bersenjata Internasional, konflik bersenjata non-Internasional dan pada kasus-kasus kekerasan internasional. Selain itu, juga berusaha untuk menjamin bahwa korban kekerasan di atas, baik penduduk sipil maupun militer serta menerima perlindungan dan pertolongan.

Pada kasus-kasus konflik bersenjata Internasional maupun non-Internasional, aksi kemanusiaan ICRC didasarkan pada Konvensi dan protokol-protokolnya. Ini alasan mengapa kita mengatakan bahwa sebuah mandat khusus telah dipercayakan kepada ICRC oleh komunitas negara-negara peserta konvensi tersebut. Pada kasus-kasus kekerasan internal, ICRC bertindak berdasar pada hak inisiatif kemanusiaan seperti tercantum dalam statuta gerakan.

ICRC adalah pelindung prinsip-prinsip dasar gerakan dan pengambil keputusan atas pengakuan perhimpunan-perhimpunan nasional, dimana dengan itu mereka menjadi bagian resmi dari gerakan. ICRC bekerja untuk mengembangkan HPI, menjelaskan, mendiseminasikan dan mempromosikan Konvensi Jenewa. ICRC juga melaksanakan kewajiban yang ditimpakan padanya berdasarkan Konvensi-konvensi tersebut dan memastikan bahwa konvensi-konvensi itu dilaksanakan dan mengembangkannya apabila perlu.

Perhimpunan Nasional
Perhimpunan Nasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah adalah organisasi kemanusiaan yang ada di setiap negara anggota penandatangan Konvensi Jenewa. Tidak ada negara yang dapat memiliki lebih dari satu Perhimpunan Nasional. Sebelum sebuah perhimpunan baru disetujui oleh ICRC dan menjadi anggota Federasi, beberapa syarat ketat harus dipenuhi. Menurut statuta gerakan Perhimpunan Nasional yang baru didirikan harus disetujui oleh ICRC. Untuk dapat memperoleh persetujuan dari ICRC, sebuah Perhimpunan Nasional harus memenuhi 10 syarat yaitu: 
·         Didirikan disuatu Negara Peserta Konvensi Jenewa 1949
·         Satu-satunya Perhimpunan PM/BSM Nasional di Negaranya
·         Diakui oleh Pemerintah Negaranya
·         Memakai nama dan lambang Palang Merah atau Bulan Sabit Merah
·         Bersifat mandiri
·         Memperluas kegiatan di seluruh wilayah
·         Terorganisir dalam menjalankan tugasnya dan dilaksanakan diseluruh wilayah negaranya
·         Menerima anggota tanpa membedakan latar belakang
·         Menyetujui statuta Gerakan
·         Menghormati Prinsip-prinsip Dasar Gerakan dan menjalankan tugasnya sejalan dengan prinsip-prinsip HPI

Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
Badan ini mendukung aktivitas kemanusiaan yang dilaksanakan oleh perhimpunan nasional atas nama kelompok-kelompok rentan dan bertindak sebagai juru bicara dan sebagai wakil Internasional mereka. Federasi mendukung Perhimpunan Nasional dan ICRC dalam usahanya untuk mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan tentang HPI dan mempromosikan Prinsip-prinsip Dasar Gerakan.

Statuta Gerakan
Statuta Gerakan adalah salah satu dasar yang menentukan struktur dan kewajiban ICRC, Federasi, dan Perhimpunan Nasional. Statuta Gerakan disusun pada tahun 1928. Kemudian direvisi pada tahun 1952 direvisi lagi pada tahun 1986, tepatnya pada Konferensi Internasional yang ke-25 yang dilaksanakan di Jenewa.

Statuta ICRC
ICRC menetapkan statutanya pada tahun 1915. Semenjak itu mereka sudah merevisinya beberapa kali. Khususnya, mereka berefleksi dan mengembangkan pokok-pokok pikiran dari pasal 5 Statuta Gerakan. Untuk lebih persisnya, sebagai tambahan atas apa yang sudah disebutkan di atas, statuta itu menyebutkan bahwa ICRC harus:

>    Melindungi dan mempromosikan penghormatan kepada prinsip-prinsip dasar gerakan, demikian juga dengan penyebarluasan pengetahuan HPI yang dapat dipakai dalam konflik bersenjata;
>    Mengakui semua Perhimpunan Nasional yang dibentuk berdasarkan persyaratan yang tercantum dalam statuta gerakan;
>    Mengemban tugas yang diberikan oleh Konvensi Jenewa dan memastikan bahwa HPI dilaksanakan dangan setia.
>    Menyediakan perlindungan dan bantuan, dalam kapasitasanya sebagai penengah netral kepada militer dan korban sipil dari konflik bersenjata.·    Mengelola, menjalankan Badan Pusat Pencarian;
>    Melaksanakan mandat yang dipercayakan kepadanya oleh Konferensi Internasional.

Statuta Federasi
Statuta Federasi memutuskan tanggung jawab Federasi sebagai berikut:
>    Bertindak sebagai badan penghubung dan koordinasi permanen dari Perhimpunan-Perhimpunan Nasional;
>    Memberikan bantuan kepada Perhimpunan Nasional yang mungkin memerlukan dan memintanya;
>    Mempromosikan pembentukan dan pengembangan Perhimpunan Nasional;
>    Mengkoordinasi operasi bantuan yang dilaksanakan oleh Perhimpunan Nasional dalam rangka membantu korban bencana alam dan pengungsi di tempat di mana tidak ada konflik bersenjata.


 Statuta Perhimpunan Nasional
Setiap Perhimpunan Nasional memiliki statuta sendiri-sendiri. Walaupun mungkin berbeda satu dengan yang lain, statuta itu harus mencerminkan semangat gerakan dan memperhatikan ketentuan-ketentuan umum dalam statuta gerakan. Harus diperhatikan bahwa seperangkat “model statuta” tersedia untuk digunalan oleh perhimpunan nasional. Tujuan untuk pembuatan model tersebut pada tahun 1952 tidak untuk digunakan sebagai satu-satunya peraturan bagi semua perhimpunan nasional tetapi untuk mewujudkan prinsip-prinsip konvensi dan gerakan, yang merupakan aplikasi universal. Model statuta ini sudah diubah sampai berkali-kali dan pantas untuk menjadi pedoman bagi perhimpunan nasional baru dalam membuat rancangan statutanya sendiri.



Referensi


1.    International Committee of the Red Cross, 1994, Handbook of the International Red Cross and Red Crescent Movement, ICRC, Geneva
2.    International Committee of the Red Cross, 1998, Mengenal Lebih Jauh Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, ICRC, Geneva.
3.    Muin, Umar, 1999, Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.



[1] Pada saat itu, beberapa negara dimulai dari kerajaan Ottonam (Turki), sudah menggunakan Lambang Bulan Sabit Merah sebagai Lambang perhimpunan nasionalnya. 


Monday, 18 January 2016

teknik Pecinta alam yang Ada di PMR Yaitu Survival


Survival

TEKNIK JUNGLE SURVIVAL


Secara umum, materi materi yang ada di dalam pendidikan dasar seorang pencinta alam adalah untuk bertahan hidup. Entah itu mounteneering, panjat tebing, psikologi alam bebas, konservasi sumber daya alam, PPGD, dan lain lain.

Oleh karena itu dalam kesempatan kali ini saya ingin menuliskan tentang beberapa teknik bertahan hidup di alam bebas. Tulisan ini saya sarikan dari beberapa sumber, diantaranya dari materi Pendidikan Dasar Mahadipa dan materi DIKLATSAR SWAPENKA.


Kembali pada Teknik Jungle Survival, secara umum teknik ini dibagi menjadi dua macam tindakan. Tindakan yang pertama adalah tindakan secara umum atau biasa dikenal oleh para pencinta alam dengan teori STOP. Tindakan berikutnya adalah tindakan pada saat terjadi musibah. Baiklah, mari kita mulai membicarakan tentang beberapa tindakan secara umum.


Tindakan Umum


Dalam menghadapi situasi yang sulit berusahalah untuk tetap tenang, istirahat yang cukup, perhatikan kondisi tubuh. Dan ingat pedoman STOP

S = Stop, berhenti dan beristirahat
T = Thinking, berfikir dan menyadari masalah yang dihadapi
O = Observe, mengamati keadaan sekeliling
P = Planning, membuat rencana mengenai tindakan yang akan dilakukan.


Problem yang dihadapi seseorang akan lebih banyak daripada berkelompok, karena semua resiko yang akan terjadi hanya dihadapi sendirian. Jangan bertindak sendiri sendiri jika survivor lebih dari satu orang.

Adanya pembagian tugas dan kerjasama kelompok dapat menghemat waktu dan tenaga. Demikian juga masalah psikologis akan lebih teratasi.

Tumbuhkan rasa kebersamaan berkelompok dan toleransi antar individu. Pilih salah seorang yang dianggap mampu untuk jadi pemimpin. Buatlah rencana dan ambil keputusan berdasarkan musyawarah.

Tindakan Saat Musibah

Beberapa pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk tetap tinggal di lokasi dan menunggu pertolongan tim SAR adalah :

Survivor mengetahui bahwa telah terindeks oleh hubungan radio. Atau rute perjalanan ada yang mengetahui.

Cari daerah terbuka untuk memudahkan tim SAR mengetahui dan bisa melakukan komunikasi lapang.

Cari lokasi yang terdapat sumber air dan persediaan makanan.

Menangani survivor yang menderita

Tindakan yang perlu dilakukan :

• Rawat survivor yang menderita atau sakit
• Membuat tempat berlindung yang aman dari cuaca buruk dan hewan yang berbahaya
• Hemat persediaan makanan yang ada dan berusaha untuk mencari tambahan di sekitar lokasi
• Siapkan dan buatlah tanda darat ke udara dengan piroteknik maupun dengan benda lainnya. Seperti smoke signal, flare, cermin, kain warna kontras, asap hasil membakar sampah, dan lain lain.

Tindakan bila meninggalkan lokasi :

1. Siapkan bahan dan perlengkapan yang berguna dan dapat dibawa dalam perjalanan
2. Tentukan arah yang dituju berasarkan kompas, matahari, atau alat penunjuk lainnya.
3. Tinggalkan pesan yang berisi jumlah survivor, kondisi fisik, perlengkapan dan bahan yang dibawa, serta arah yang dituju
4. Buatlah jejak yang jelas selama melakukan perjalanan
5. Ikuti punggungan gunung dan jangan mengikuti lembah atau sungai apabila berada di daerah pegunungan
6. Carilah makanan dan air sebelum persediaan yang dibawa habis
7. Cari dan buatlah tempat perlindungan atau bivak dan hindari melakukan perjalanan malam
8. Buatlah perapian untuk memasak, menghangatkan tubuh untuk melindungi diri dari serangga dan binatang buas.

Begitulah para netter, langkah langkah yang ada baiknya untuk kita mengerti dalam Teknik Jungle Survival. Sebagai tambahan, berikutnya saya akan menuliskan beberapa materi tentang Pionering, tambahan sedikit tentang survival, dasar dasar teknik packing yang menarik untuk kita ketahui, dan yang terakhir adalah tentang teknik pembuatan bivak secara umum.


PIONERING SURVIVAL PACKING BIVAK

I. PIONERING

Pengetahuan pionering dimaksudkan untuk memberikan petunjuk bagaimana seorang penjelajah melakukan perjalanan di alam bebas. Hal ini dimaksudkan untuk membantu seorang penjelajah untuk merambah hutan atau daerah yang sangat rawan dalam maksud apapun yaitu dengan jalan pemilihan lintasan yang nantinya akan membantu seorang petualang.
Yang perlu diperhatikan oleh seorang pioner adalah bagaimana dia membawa diri atau kelompoknya untuk mencapai target yang disepakati dengan selamat. Oleh sebab itu seorang pioner harus memiliki pengetahuan dalam mencari jalan yang baik, enak, dan nyaman. Kedua adalah mencari tempat berlindung yang baik serta mampu membaca situasi disekelilingnya. Ketiga membuat perapian. Keempat adalah dapat mencari makanan (survival).

Pemilihan lintasan ini ada beberapa cara antara lain yang sering dilakukan adalah:
1. Memilih jalan setapak yang telah dibuat oleh penduduk setempat atau jalan yang telah biasa dilalui oleh sekelompok binatang hutan. Dapat juga memilih lintasan yang mudah yaitu dengan mengikuti aliran sungai yang dangkal dan daerah yang terbuka.
2. Mengikuti punggungan gunung.
Tetapi harus hati-hati dalam memilih jalan ini karena binatang buas sering menggunakan jalur ini karena lebih baik mencari mangsa di ketinggian dan lebih aman.

Membaca jejak sangat berguna bagi seorang pioner.

Biasanya pembacaan jejak dilakukan dengan jalan:

1. Membaca tanda-tanda jejak yang terdapat di tanah.
2. Terdapat ranting patah.
3. Sisa makanan.
4. Cacat khusus pada pohon atau tanaman.
5. Dan sebagainya.

Cara membaca jejak dapat dilakukan dengan memperhatikan sekeliling apakah ada keanehan atau perubahan disekeliling dengan tanda-tanda khusus seperti didsebutkan di atas.

Dalam mencari tempat berlindung yang baik dan perlu diingat adalah :

1. Mencari suatu tititk ketinggian dari daerah sekitarnya.
2. Memperhatikan arah mata angin.
3. mencari tanah yang kering.
4. Dianjurkan jangan di bawah pohon lapuk.

II. SURVIVAL
Tiba-tiba pada suatu saat anda berada pada lokasi yang terisolir jauh dari peradaban. Oleh karena itu, maka dituntut suatu usaha untuk mempertahankan hidup dengan memanfaatkan keadaan yang ada disekitar. Hal ini berarti alam beserta isinya bukanlah merupakan kawan atau lawan. Sebenarnya alam tidak memihak, jadi dalam hal ini faktor penting dalam survival adalah kemauan untuk tetap hidup dan kemauan untuk mencari makan.

S - Sadarilah sungguh-sungguh situasi kita
U - Untung malang tergantung ketenangan kita
R - Rasa takut dan panik harus kita kuasai
V - Vakum berarti kekosongan, isilah segera
I - Ingatlah dimana kita berada
V - Vivo (vivere) berarti hidup, hargailah hidup
A - Adat istiadat perlu ditiru
L - Latihlah diri kita dan belajarlah selalu

Dari uraian diatas dapat disimpulkan difinisi dari survival, yaitu :

- Suatu usaha untuk mempertahankan hidup dalam keadaan darurat dan berusaha untuk mengatasinya dengan memanfaatkan potensi yang ada.
- Perjuangan untuk hidup.

Survival sendiri terdiri dari survival darat dan survival laut. Dapat dibagi lagi berdasarkan jenis medannya, sehingga dikenal :

a. Survival di hutan.
b. Survival di laut.
c. Survival di padang pasir.
d. Survival di kutub.

Pedoman yang harus digunakan

Hiduplah dengan segala yang ada disekitar kita, jangan menggantungkan diri pada bantuan orang lain untuk menyelesaikan tugas.
Dalam kalimat diatas pedoman yang harus digunakan adalah pedoman untuk HARUS HIDUP yang berarti :

H - Hadapilah situasi sulit dengan tenang dan bijaksana
A - Akal merupakan senjata ampuh
R - Rasa takut harus dihilangkan
U - Usaha melepaskan diri dari berbagai hal
S - Semangat dan tekad untuk mepertahankan hidup
H - Hormati adat setempat
I - Istirahat
D - Jangan sampai terjebak
U - Usahakan selamat dan jaga kesehatan
P - Praktekkan

Problema dan Tindakan

Pada dasarnya permasalahan di alam bebas dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu ; Masalah alam, Masalah diri sendiri, dan Masalah makhluk hidup lain.
Untuk melindungi tubuh dari pengaruh cuaca maka perlu pengetahuan perlengkapan yang digunakan dan cara-cara.

Membuat perlindungan.

Dalam keadaan demikian membuat api banyak gunanya seperti menghangatkan tubuh, memasak makanan dan minuman, mengusir binatang, asapnya bisa mengusir serangga, dan dapat digunakan untuk membuat tanda-tanda darurat. Untuk itu harus dikenal cara-cara membuat api.

Mengenal api

Api adalah sahabat sejati dalam kegiatan alam bebas. Dengan adanya api, moral para petualang sedikit banyak akan lebih tenang. Yang penting diperhatikan adalah apa yang disebut “segi tiga api” yakni : Udara, panas, bahan bakar. Jika salah satu tidak ada maka tidak ada api. Ketika membuat api usahakan ada ventilasi yang baik agar udara bebas keluar masuk. Setelah itu sediakan bahan bakar dan sumber panasnya.

III. PACKING

Ketika anda memutuskan untuk melakukan perjalanan di alam bebas maka perhatikan terlebih dahulu perlengkapan anda. Apakah sudah siap untuk dibawa dan tidak ada yang ketinggalan dan dikemas dalam suatu wadah yang kuat meskipun barang-barang yang anda bawa sedikit dan ringan.
Ransel merupakan tempat barang-barang yang lazim digunakan di alam bebas atau mendaki gunung dan yang paling penting pada ransel adalah :

1. Sabuk penggendong atau shoulder strap

Menyilang di bahu
- dilapisi busa dari bahan yang lentur supaya bahu tidak merasa sakit.
- Sabuk penggendong cukup lebar agar beban tersebar merata diseluruh bahu.
2. Sabuk pinggang
- penting bila beban sangat berat
- membuat ransel menempel mantap di punggung
- dan beban ransel sewaktu-waktu dapat dapat dipindah di pinggang
3. Memilih ransel yang memiliki ruang cukup luas
- barang bawaan yang diperlukan dapat dibawa
- ruang dapat digunakan untuk meletakan barang yang tidak terlalu berat dan diperlukan sewaktu-waktu.

A. Pengepakan

Pengepakan adalah suatu cara atau seni bagaimana meletakkan barang dalam ransel seefisien mungkin, rapi serta memiliki bentuk ransel yang bagus. Teknik pengepakan yang baik nantinya akan menentukan kenyamanan kita dalam melakukan perjalanan di alam bebas. Prinsip-prinsip yang harus dipegang dalam pengepakan:

2. Letakkan barang yang berat pada bagian atas dan barang yang ringan pada bagian bawah. Hal ini merupakan pengetahuan dasar yang diperlukan karena berat ransel akan jatuh pada pundak yang merupakan bagian tubuh yang kuat. Membagi berat ransel agar antara sisi kanan dan kiri seimbang.
3. Letakkan barang-barang yang diperlukan selama perjalanan di bagian atas serta urutkan barang-barang menurut fungsinya lalu letakkan barang-barang sesuai kebutuhan. Misalnya perlengkapan tidur pada bagian bawah, pakaian di atasnya, kemudian peralatan masak tenda dan ponco dapat diletakkan di bagian atas agar pada saat hujan, ponco mudah untuk diraih.

Memanfaatkan ruangan yang ada dalam ransel seefisien mungkin, misalnya tempat makan (nasting) yang memiliki ruang kosong.

1. Bawa pakaian hangat dan jaket, kalau bisa parasit.
2. Sarung tangan untuk menghangatkan tangan
3. Topi/kerpus untuk menghangatkan bagian kepala terutama otak
4. Ponco
5. Tenda
6. Perelengkapan tidur
7. Perlengkapan masak
8. Makanan lebih baik yang banyak mengandung lemak dan protein serta karbohidrat
9. Korek api
10. Peralatan menjahit
11. Kaos kaki
12. Kantong plastik dan karet
13. Alat penerangan
14. Parang
15. Perlengkapan pribadi, okbat-obatan, peralatan sholat, perlengkapan mandi, dll.


IV. BIVAK

Pengertian yang umum adalah tempat tinggal sementara untuk bertahan hidup yang besifat melindungi dari serangan hawa panas atau dingin dan tempat untuk beristirahat. Hal ini berhubungan dengan survival dalam hal mencari tempat berlindung untuk melakukan pertahanan hidup dari kondisi lingkungan yang buruk. Pembuatan bivak dapat dilakukan dengan bahan-bahan yang diperoleh dari alam, seperti daun dan ranting kayu.
Bila seorang pendaki atau bersama-sama pastikan membawa tenda atau minimal jas hujan dan kantong plastik besar. Tenda merupakan tempat yang paling baik untuk beristirahat dan menentukan target berikutnya untuk esok hari dalam perjalanan serta aman dari angin dan hujan. Untuk itu diperlukan pengetahuan untuk mendirikan bivak yang sesuai dengan syarat:

1. Bangun pada tempat yang datar
2. Jangan mendirikan bivak di puncak gunung
3. Jangan mendirikan tenda di puncak dan terbuka untuk menghindari bahaya petir
4. Jangan mendirikan tenda tepat di tempat yang cekung
5. Hindari pendirian tenda tepat di bawah kayu lapuk atau mati
6. Tempatkan bagian terbuka dari bivak berlawanan dengan arah mata angin. Dengan mengetahui arah mata angin, maka lebih mudah membaca jatuhnya air hujan sehingga dapat menentukan tempat perapian yang baik.

A. Tempat membangun bivak

Pada dasarnya bivak bisa dibuat di atas pohon dengan jalan membuat penyangga. Usahakan dengan menggunakan bahan yang kuat seperti bambu, kayu, dll.

Pada umumnya bivak dibuat di atas tanah yang dapat dilakukan pada:

1. Bekas pohon yang telah tumbang yang membentuk rongga di bawahnya. Tetapi harus diperhatikan kualitas kayunya demi keselamatan kita.
2. Bila ditemukan gua sebaiknya diperiksa sekitar gua apakah ada jejak, bau amis, sisa kotoran dari binatang buas. Jika tidak ada, gua dapat ditempati tetapi sebelumnya harus dibersihkan dulu.
3. Membangun dari bahan-bahan yang ada di sekitar kita.
4. Pada daerah yang berbatu, carilah daerah berbatu kokoh dan tidak mudah runtuh.

B. Cara membangun bivak

1. Lakukan penyesuaian antara tempat dengan tenda yang kita bawa. Itu kalau kita membawa tenda.
2. Ponco atau kantong plastik.
3. Menggunakan bahan-bahan alam.

Para netter, itu adalah pengetahuan dasar tentang bagaimana seharusnya kita bertahan hidup di alam bebas. Sepintas memang ini seperti hanya teori saja dan sulit untuk dipraktekkan jika kita benar benar berada di posisi sebagai survivor. Namun demikian setidaknya hal yang sederhana diatas bisa sedikit membantu manakala kita ada di posisi yang tidak kita inginkan. Terimakasih dan semoga bermanfaat meskipun hanya sepenggal.


Saturday, 16 January 2016

Berita terbaru dari dunia kesehatan hiv ada obatnya || PMR SMANJA

Baltimore, AS, Peneliti di Johns Hopkins menemukan bahwa antibiotik aman dan murah yang biasa digunakan untuk mengobati jerawat sejak tahun 1970-an dapat membuat HIV atau virus penyebab AIDS tertidur dan mencegah virus tersebut aktif kembali dan bereplikasi.
Obat antibiotik bernama minocycline mungkin akan memperbaiki regimen pengobatan saat ini untuk pasien terinfeksi HIV jika digunakan dalam kombinasi berdasar standar obat HAART (Highly Active Antiretroviral Therapy). Riset yang baru dipublikasikan online ini akan dicetak pada Journal of Infectious Diseases edisi 15 April.
“Keuntungan yang kuat menggunakan minocycline adalah bahwa virus yang muncul berkurang sehingga mampu mengembangkan resistensi obat karena target minocycline adalah di jalur sel bukan protein virus,” kata Janice Clements, Ph.D, wakil dekan fakultas dan profesor molekular dan komparatif Pathobiology di Johns Hopkins University School of Medicine, seperti dilansir dari MedicalNewsToday, Selasa (23/3/2010).
Menurut Clements, tantangan yang besar merawat pasien HIV saat ini adalah agar virus tetap terkunci dalam keadaan tidak aktif. ART (Antiretroviral Therapy) benar-benar efektif meredam replikasi (duplikat) aktif, minocycline adalah cara lain untuk pertahanan melawan virus.
Tidak seperti obat-obatan yang digunakan dalam ART yang menargetkan virus, target minocycline adalah sel kekebalan yang dikenal sebagai sel T. Menurut Clements, minocycline mengurangi kemampuan sel T untuk aktif dan berkembang biak, dua langkah yang penting pada produksi dan perkembangan HIV menuju AIDS.
ART biasanya dapat melindungi orang HIV dari sakit, tapi itu bukan obat. Virus HIV dijaga pada tingkat yang rendah tetapi tidak pernah sepenuhnya dibersihkan. Virus tersebut diam-diam tetap bersembunyi pada sel-sel kekebalan. Jika seseorang berhenti mengonsumsi ART atau melewatkan dosisnya, virus dapat aktif kembali, keluar dari sel-sel kekebalan tubuh dan mulai menyebar.
Gagasan untuk menggunakan minocycline sebagai tambahan terhadap ART muncul ketika tim peneliti Hopkins melakukan penelitian pada pasien rematik yang menunjukkan efek anti-inflamasi dari minocycline pada sel T.
Tim Hopkins menghubungkan dengan penelitian sebelumnya, yang menunjukkan bahwa pengobatan minocycline memiliki banyak efek yang menguntungkan pada kera yang terinfeksi SIV, HIV versi primata. Monyet yang diobati dengan minocycline, beban virus dalam cairan serebrospinal dan RNA virus di otak secara signifikan menurun. Obat ini juga menunjukkan pengaruh aktivasi dan proliferasi sel T.
“Karena minocycline dapat mengurangi aktifasi sel T, Anda mungkin berpikir itu akan merugikan sistem kekebalan pada kera, yang sangat mirip dengan manusia, tapi kita tidak melihat efek merugikan,” kata Gregory Szeto, mahasiswa pascasarjana di Department of Cellular and Molecular Medicine yang bekerja di Retrovirus Laboratory di Hopkins.
Menurutnya, obat ini pada keseimbangan yang baik, dan ideal untuk HIV karena targetnya sangat spesifik yaitu aspek aktifasi sistem kekebalan.
Keberhasilan pada penelitian kera itu mendorong tim untuk mempelajari apakah pengobatan minocycline berpengaruh pada latensi dalam sel T manusia yang terinfeksi oleh HIV. Tim menggunakan sel manusia yang terinfeksi HIV yang memakai ART, mengisolasi sel-sel kekebalan yang “beristirahat” dan memperlakukan setengahnya dengan minocycline.
“Minocycline mengurangi kemampuan virus untuk keluar dari sel T terinfeksi yang beristirahat,” Szeto. Hal ini mencegah virus melarikan diri pada seseorang yang menggunakan ART, dan karena itu dapat mencegah aktivasi virus, mempertahankan tingkat latensi virus atau bahkan menurunkannya.

KEDARURATAN MEDIS || PMR SMANJA



Gejala dan Tanda
Gejala dan tanda pada kedaruratan medis sangat beragam, khas mau pun tidak khas antara lain :

Gejala :
1. Demam
2. Nyeri
3. Mual, muntah
4. Buang air kecil berlebihan atau tidak sama sekali
5. Pusing, perasaan mau pingsan, merasa akan kiamat
6. Sesak atau merasa sukar bernapas
7. Rasa haus atau rasa lapar berlebihan, rasa aneh pada mulut

Tanda :
1. Perubahan status mental ( tidak sadar dan bingung )
2. nada cepat atau sangat lambat, tidak teratur, lemah atau sangat kuat
3. pernapasan tidak teratur
4. perubahan keadaan kulit : suhu , kelembaban , keringat berlebihan, sangat kering termasuk perubahan warna pada selaput lendir ( pucat,kebiruan dan terlalu merah)
5. perubahan tekanan darah
6. pupil mata sangat lebar atau sangat kecil
7. bau khas dari mulut atau hidung
8. terjadinya kejang atau kelumpuhan
9. mual, muntah, diare

Pingsan

Terjadi akibat :
- Peredaran darah ke otak berkurang
- Reaksi terhadap rasa nyeri
- Kelelahan
- Kekurangan makanan
- Emosi yang hebat
- Berada dalam ruangan yang penuh orang tanpa udara segar yang cukup.

Gejala dan tanda pingsan
o Perasaan limbung.
o Pandangan berkunang-kunang dan telinga berdenging.
o Lemas, keluar keringat dingin.
o Menguap.
o Dapat menjadi tidak sadar, yang biasanya berlangsung hanya beberapa menit.
o Denyut nadi lambat.

Penanganan pingsan
1. Baringkan penderita dengan tungkai ditinggikan.
2. Longgarkan pakaian.
3. Usahakan penderita menghirup udara segar.
4. Periksa cedera lainnya.
5. Beri selimut, agar badannya hangat.
6. Bila pulih, usahakan istirahatkan beberapa menit.
7. Bila tidak cepat pulih, maka:
– Periksa napas dan nadi.
– Posisikan stabil.
– Rujuk ke Fasilitas kesehatan

PEMINDAHAN PENDERITA || PMR SMANJA



Ilustrasi gbr. Tandu lipat

ILustrasi gbr. Tandu darurat/dragbar
Mekanika Tubuh

Mekanikan Tubuh menggunakan gerakan tubuh penolong yang baik dan benar untuk memudahkan pengangkatan dalam pemindahan penderita.

Tujuan :
- Menghindari terjadinya cedera pada penolong


Prinsip dasar pemindahan penderita :
1. Jangan dilakukan jika tidak perlu
2. Melakukan sesuai dengan cara yang benar
3. Kondisi Fisik Penolong harus baik dan terlatih

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemindahan penderita :
1. Nilai kesulitan yang mungkin terjadi pada saat pemindahan
2. Rencanakan gerakan sebelum mengangkat dan memindahkan penderita
3. Jangan memindahkan dan mengangkat penderita jika tidak mampu
4. Gunakan otot tungkai, panggul serta otot perut. Hindari mengangkat dengan otot punggung dan membungkuk.
5. Jaga keseimbangan
6. Rapatkan tubuh penderita dengan tubuh penolong saat memindahkan dan mengangkat korban.
7. Perbaiki posisi dan angkatlah secara bertahap

Pemindahan Penderita

Berdasarkan keselamatan penolong dan penderita, pemindahan penderita digolongakan menjadi 2 bagian :
1. Pemindahan Darurat
Pemindahan darurat dilakukan bila ada bahaya yang mengancam bagi penderita dan
penolong. Contoh :
- Ancaman Kebakaran
- Ancaman Ledakan
- Ancaman Bangunan runtuh
- Ancaman mobil terguling bensin tumpah
- Adanya bahan-bahan berbahaya
- Orang sekitar yang berprilaku aneh
- Kondisi cuaca yang buruk

Contoh Cara pemindahan Darurat :
- Tarikan lengan
- Tarikan Bahu
- Tarikan Baju
- Tarikan selimut

2. Pemindahan Biasa
Pemindahan biasa dilakukan jika keadaan tidak membahayakan penderita maupun penolong.

Tehnik angkat langsung dengan tiga penolong :
1. ke tiga penolong berlutut pada salah satu sisi penderita , jika memungkinkan beradalah pada sisi yang paling sedikit cedera
2. penolong pertama menyisipkan satu lengan dibawah leher dan bahu, lengan yang satu disisipkan dibawah punggung penderita
3. penolong kedua menyisipkan tangan dibawah punggung dan bokong penderita
4. penolong ketiga menyisipkan lengan dibawah bokong dan dibawah lutut penderita
5. penderita siap diangkat dengan satu perintah
6. angkat penderita keatas lutut ketiga penolong secara bersamaan
7. sisipkan tandu yang akan digunakan dan atur letaknya oleh penolong yang lain
8. letakkan kembali penderta diatas tandu dengan satu perintah yang tepat
9. jika akan berjalan tampa memakai tandu, dari langkah no 6 teruskan dengan memiringkan penderita ke dada penolong
10. berdiri secara bersamaan dengan satu perintah
11. berjalanlah kearah yang dikehendaki dengan langkah bertahap

Tehnik mengangkat tandu
Penolong dalam keadaan berjongkok dan akan mengangkat tandu
1. tempatkan kaki pada jarak yang tepat
2. punggung harus tetap lurus
3. kencangkan otot punggung dan otot perut. Kepala tetap menghadap kedepan dalam posisi netral
4. genggamlah pegangan tandu dengan baik
5. pada saat mengangkat punggung harus tetap terkunci sebagai poros dan kekuatan konstraksi otot seluruhnya pada otot tungkai
6. saat menurunkan tandu lakukan langkah diatas pada urutan selanjutnya.